Thursday, July 17, 2008

CERITA TENTANG BERMAIN BALON PAKE KONDOM

Kalo ingat Surono, aku ingat satu kejadian yg lucu.

Pada suatu saat, kami, seperti kebiasaan kami waktu itu, mengorek2 'blumbang' tempat sampah (di dekat rumahnya Pak Dhe Slamet almarhum, semoga Alloh mengampuninya dan memberikan rahmat untuknya, serta rosululloh berkenan memberi syafa'at untuknya) utk mencari2 barang2 yg menarik hati kami. Surono tiba2 girang sekali karena menemukan balon plembungan berwarna menarik. Wajahnya bersinar seperti baru meraih sebuah kemenangan.

Setelah dia bersihkan sekadarnya, lalu dia tiup2 balon itu. Setelah sekian lama memainkan balon itu, dengan dikerumuni teman2 nya, tiba2 ada ada teman yang 'nyemlong', "kayaknya kondom!". Kami memang masih kecil waktu itu, tapi melalui bisik2, kami tahu apa itu kondom.

Wajah Surono langsung down seketika; malu. Akhirnya kami sepakat untuk main di sungai 'kali Weden'. Di kali Weden itulah kami memainkan kondom tadi, dengan mengisinya dengan air. Semua terheran2 menyaksikan betapa 'balon' yg satu ini sangat kuat dan elastis untuk menampung air sungai dlm jumlah yg cukup banyak.

He..he..he..
DD

BAL2AN MASA KECIL

I) Main Di Halaman Rumah Mbah Purwo
Aku ingat sewaktu kelas 2 atau 3 SD N Klirong II. Dengan bola kecil plastik warna merah atau hijau, aku main sendirian di teras rumahku yang kecil. Kadang aku main bareng adikku Agus di teras rumah.

Kadang kami main di halaman belakang rumah Ipung, rumah yang pembangunannya macet seperti sebuah bangunan yang macet terkena imbas krisis ekonomi. Kalo gak ada teman, aku biasa main bola dg tembok rumah kosongnya Ipung. Sampai kadang banyak bekas2 bola di tembok, terutama waktu musim becek (semoga Ipung & keluarga memaafkan kenakalanku he.. he..).

Seusia kelas 3, 4, 5, 6 SD, aku ingat main bola bersama teman2. Ada Eko, Surono, Gano, Sugeng, Turiman, Basirun, Sino, Sudi, dll.

Ekone Bu Sri berbadan kecil, tapi cerdas. Di kelas, aku selalu kalah ranking dari dia. Logatnya masih bandek, karena dia baru pindah dari Semarang. Di Klirong, Eko ikut Mbahnya yaitu Bu Sri. Dia sahabat karibku tidak hanya waktu main bola, tapi juga dalam hal2 lain (belajar, dll). Eko enak diajak main bola operan2 pendek, secerdas orangnya. Aku paling suka main bola bareng dia. Karena lincahnya, dia sangat pantas mendapat julukan 'Si Kancil'. Seperti pemain PSSI, Abdul Kadir, mendapat julukan itu di era 70-an (kalo gak salah).

Surono, kalo main, selalu ingin ikut tim kuat. Dia ingin selalu menang. Kegrogian karena kekalahan, sangat tdk disukainya. Sekolahnya pintar, punya potensi akademik; tapi kasihan, karena kondisi ekonomi ortunya, dia sempat seperti frustasi, keluar dari SMA N Karanganyar (semoga Alloh melapangkan hatinya). Dia bisa memainkan bola dengan baik. Cukup enak buat kerja sama.

Gano punya tenaga yang kuat, kuda2nya juga kokoh. Tendangannya cukup keras. Mengkuti jejak Ramane (Bapaknya), dia sebenarnya lebih berbakat pencak silat dari pada main bola. Dalam beberapa kesempatan, jurus2 pencak silatnya ikut 'coba' dimainkan dlm permainan bola; terutama kalo berhadapan dg Turiman, yg selalu bermain 'bras-bres' tanpa pikiran. Sebagai defender, Gano dikenal pemberani dalam 'body charge' maupun men-takle lawan; tapi di sisi dia takut dengan bola. Bola keras, terutama yg dlm posisi disundul, sering dia hindari; walaupun membahayakan gawang sendiri. kepala nya legih dia lindungi dibanding dengan gawang tim nya. (ciri seorang ahli bela diri he..he..).

Sugeng selalu di posisi striker. Gaya adalah sangat penting baginya. Kalo mendapat umpan lambung di depan gawang lawan, bergaya dalam menyundul bola adalah lebih penting dari mencetak gol. Karena kegemarannya dlm bergaya ini, sering dlm dia melompat, bukannya tambah tinggi, tapi malahan menjadi lebih rendah.

Turiman tidak bisa bermain bola. Baginya main bola adalah menendang bola ke depan keras2. Dia akan senang,tertawa2, kalo bola tendangannya mengenai tubuh lawan.

Gomad, almarhum sepupuku (semoga Alloh mengampuni kesalahan2 nya slm hidup di dunia), adalah pemain kidal. Sebagai pemain kidal, tendangan kaki kirinya keras. Dia paling menyenangi posisi libero (back paling belakang). Untuk kerja sama, Gomad lumayan lah.

Di halaman Mbah Purwo, kadang kami menggunakan bola plastik. Yang paling sering, kami menggunakan bola buatan kami sendiri. Plastik2 bekas yg dikumpulkan dari 'blumbang' tempat sampah, dirangkai bola, kemudian di ikat2 pake tali yg melingkar. Jadilah bola yg empuk.

Halaman rumah Mbah Purwo punya keunikan. Tidak terlalu lebar (sekitar 4 atau 5 meter), tapi panjangnya 60 sampai 70 meter, sangat panjang. Yang unik, halaman rumah tsb melintasi 2 desa; Klirong dan Wanasari. Panjang lapangan bola bisa diatur sesuai jml pemain. Gawang dibuat dari batu/bata merah.

Karena main di halaman rumah orang, kadang ada sepeda/motor yg lewat yang mengganggu permainan kami. Kadang ada juga gerobak dorong khas kampung yg mengganggu permainan kami.

BERMAIN BOLA SAAT2 SMP

Sebagai anak desa, seusia SMP, aku tumbuh sbg anak pemalu. Walaupun ingin ikut latihan di AlSa, tapi aku nggak berani. Ini karena aku punya sifat2 buruk seperti: tidak PD, maunya menang sendiri, mudah tersinggung, iri-an, dengki-an, minder-an, tdk bisa bergaul, grogian, tdk punya sopan santun, liar, dll yg jelek2.

Aku ingat, waktu SMP kelas 2, aku sudah beli sepatu baru. Merknya 'supercup' nomor 42 (size segini aja masih ke-kecil-an, pernah aku rendam dalam minyak tanah supaya 'melar' tapi tidak berhasil juga), lengkap dengan kaos kaki hijau yg ada corak garis putih di bagian atas.

Karena senang nya punya sepatu baru, aku memakai terus. Tidak hanya di halaman rumah mbah purwo (semoga Alloh meridloi and love mbah purwo yg baik), di belakang rumah ipung (teman yg baik, yg nraktir aku mie ayam di stanplat colt kebumen, lalu sejak itu aku suka banget sama mie ayam), tapi juga sewaktu tidur sepatu bola baruku aku pake terus. Aku ingat, sewaktu aku tertidur, ibuku mencopot sepatu dari kakiku (semoga Alloh miridloi ibuku ayng seperti itu adanya).

Setiap aku beli sepatu baru, masalah yg sering kuhadapi adalah sepatu kekecilan. Memang ukuran kakiku relatif panjang, tapi yang namanya sepatu murahan selalu saja kekecilan, walaupun sudah memilih sepatu dengan size terbesar, yaitu no 42. Di kota kecil spt kebumen, sangat jarang ada sepatu dengan nomor 43 atau yg lebih besar. Akibatnya, kakiku selalu lecet atau kuku rusak, kalo aku punya sepatu baru.

Seusia kelas 2, 3 SMP, bersama anak2 dari desa klirong (ps muncul), aku sudah sering latihan di stadion 'Gambar Sari' desa Gebang Sari. Beberapa teman dari Gebang Sari di antaranya Wono bersama kakak adiknya, Medi, dll. Dari Klirong, aku punya teman2 spt; Edi Sumargo, Partu, Toto Pak Sirin, Sugeng, Ipung, Gembol, Gano, Bambang Pak Waris, Adi Kotok, Mito, Dirun, dll.

Di SMP kelas 3, nilai pelajaran pilbas (pilihan bebas) sepak bolaku 9. Aku sendiri tidak yakin dengan nilai itu. Aku merasa kadang main sangat bagus, tapi kadang gak bagus; alias tidak konsisten. Apa karena Pak Marjo gak enak sama bapakku yg sama2 guru di SMP ku ya?

Sewaktu di kelas 3 SMP N Klirong, pada turnamen agustusan, kami juara satu dengan menyingkirkan MTs N, SMP PGRI & SMP Taman Dewasa. Aku sendiri kurang puas dg penampilanku. Masih belum bisa ngontrol bola.

Kithol alias Yakino adalah temanku yg menjadi bintang lapangan kala itu. Betapa hebatnya dia bisa meliuk2 ke sana kemari tanpa bisa direbut bolanya. Mengikuti jejak kakaknya, Kang Masirun (back AlSa), Kithol, dengan tubuh gempal spt maradona, bisa menjadi motor bagi tim SMP N Klirong. Dia adalah cerminan dari bakat alam pe-sebakbola kampung. Beberapa tahun kemudian, setelah aku cukup jam terbang di AlSa, aku menyimpulkan bahwa untuk sepakbola modern, bakat alam saja tidaklah cukup untuk memenangkan persaingan.

Seperti Kithol, Rono bertubuh pendek. Walaupun darah bolanya diragukan, tapi keseriusan & ke-ngototannya menjadikan dia pemain hebat ala kampung. Sebagai striker, dia sangat subur. Dia selalu mencetak goal di setiap pertandingan.

Saat di SMP, Kino dg bakat alamnya saja, adalah yg terbaik di antara kami. Bbrp thn sesudahnya, sesudah kami sama2 berlatih di AlSa, Kino justru menjadi pemain yg kurang berkembang. Factor kecerdasan, ternyata ikut mempengaruhi/andil dalam mengambil pelajaran. Rono dan aku lebih berkembang dibanding Kino. Kebiasaan meliuk2 membawa bola bagi kino, ternyata susah dihilangkan. Padahal di sepak bola modern, kita dituntut untuk bermain efektif & efisien.

PS MUNCUL KLIRONG

Mungkin Ipung yg memberi nama 'muncul'. Dia berharap tim ini bisa muncul sebagai tim yg kuat spt PS Alam Sari di kampung sebelah.

Aku iri kalo pas teman2 seangkatan atasku di 'PS Muncul' main/sparing. Aku masih dianggap terlalu kecil, nggak masuk dalam squad team, karena aku belum mampu menendang bola sampai jauh. Anggota squad 'muncul' yg paling muda biasanya Gano, karena dia punya tendangan yg jauh, dan berani tabrakan dengan lawan. Di bawah Gano, yaitu aku, sering tidak dimainkan; yah paling nonton aja (sedihnya waktu itu, karena pengin ikut main he..he..).

Anggota team 'muncul' adalah temen2 seniorku di desa Klirong terutama dari RW 01. Berikut beberapa profile pemain2 PS Muncul. Setelah membaca uraian ini, tahulah kita mengapa 'Muncul' selalu menjadi team 'ayam sayur' alias kalahan dlm sparing dgn team2 tetangga sebelah.

Gotar - kiper.
Sebelum era Ipung, Gotar adalah kiper utama 'Muncul'. Dia sering dijuluki Pak Camat. Aku gak tahu kenapa dia mendapat julukan spt itu. Karena belum kenal dengan teori kiper, baginya, kiper yang handal adalah kalo bisa menangkap bola dengan lengket. Mengeblok/menahan bola shooting dari lawan selalu dihindari, sebaliknya, Gotar akan selalu berusaha 'menangkap' bola. Bola hasil shooting sekeras apapun, jangkauan jauh, tetap akan berusaha untuk ditangkap. Wajar kalo tangkapanya sering meleset; dari sinilah gawangnya sering kebobolan. Karena seringnya kebobolan, Gotar juga dijuluki kiper BUMEN, singkatan dari 'mlebu ya men' (masuk ya biarin he..he..). Shooting bola datar menyusur tanah sangat tidak disukainya.

Ipung - kiper.
Ipung/Bolot selalu menjadi kiper cadangan selagi masih ada Gotar. Tahun2 berikutnya, setelah bbrp thn kemudian, baru Ipung mampu menggeser posisi Gotar, sbg kiper utama. Sepertinya, prestasi Ipung lebih baik dari Gotar. Karena ketiadaan pembimbinglah Ipung menjadi tdk berkembang. Di moment2 penting, Ipung sulit menghilangkan ke-grogi-an nya. Mirip kiper Bartes (Prancis), Ipung kadang bisa menahan bola sulit, kadang juga kebobolan hanya karena bola yg sangat gampang/sepele.

Dirun - back/libero.
Pada eranya, Dirun adalah back tertangguh yg dipunyai 'Muncul'. Dirun punya badan yang kokoh dan padat. Ini karena dia rajin bekerja di sawah. Tendangannya mantap dan jauh. Bola2 out gawang maupun tendangan bebas, selalu dia yang ambil. Dia kurang begitu gesit dalam berlari. Kuda2 kakinya sangat kokoh, tapi kuda2nya inilah yang menyebabkan dia kurang lincah dalam membalik badan untuk mengejar lawan. Striker yg cepat larinya akan dengan mudah melewatinya.

Slamet atau Gembol - wing/sayap.
Gembol selifting di kelas sama aku. Tapi karena badannya yg bongsor, dia masuk squad tim inti 'Muncul'. Sebenarnya dia pemain yg berbakat dan cerdas, terbukti tidak jarang dia mencetak goal. Ketidaklugasannya dalam bermain, menjadikan dia susah berkembang. Meliuk2 dalam mengolah bola baginya lebih penting dari pada bermain efisien. Gaya dan penampilan sangat penting baginya. Tampil bak pemain besar di liga2 eropa, menjadikannya Gembol terlihat mantap dan percaya diri. Sempat latihan di PS AlSa. Seandainya lebih ngotot berlatih, Gembol seharusnya menjadi lebih berkembang. Sekelas PS Muncul, dia menjadi bintang lapangan. Dia cerdas di sekolah, kasihan, karena yatim piatu, potensi dia menjadi kurang tergali.

Sugeng - striker.
Gaya adalah sangat penting bagi Sugeng. Dalam menerima umpan lambung di depan gawang, bergaya dlm menyundul bola adalah lebih penting dr pd mencetak goal ke gawang lawan.

Bambange Pak Waris,
Bambang main cukup baik dan cerdas. Karena kurang nya teknik dan teori bola, dia menjadi kurang berkembang.

Ada lagi nama2 yg memperkuat squad tim 'Muncul' waktu itu. Diantaranya Adi/Kotok, Mito, Bandil, Tono, dll.

MAIN BOLA DG MAS TUGIYO DI AMPIH, BULUS PESANTREN

Karena Mas Tugiyo lah, kami, beberapa pemain AlSa bermain di Ampih.

Pertama kali kami main di Ampih, Bulus Pesantren, atas ajakan Mas Tugiyo. Kami, dr AlSa berempat; Aku, Kang Puji, Pakel si Maradona, dan Suhar Legog.

Karena antusiasnya teman2 Mas Tugiyo utk jadi penyerang, kami akhirnya main di belakang dan tengah. Kami main menyerang, tapi penyerang kami gagal mencetak gol. Malah dlm suatu serangan balik, melalui shooting spekulatif, kami kemasukkan gol. Kami ketinggalan, 0-1.

Di babak ke-2, barulah Kang Puji ambil alih kontrol. Penyerang2 dari ampih yg blm berpengalaman, di suruh main di belakang. Penyerang2 akan diisi oleh kami dari AlSa. Benar juga, kami langsung menyerang bertubi2. Empat gol akhirnya tercipta di babak ke-2. Aku ikut menyumbang 1 gol.

Pelajaran yg bisa dipetik: Pemain penyerang haruslah yg prima dlm bermain, punya kontrol bola yg perfect, syukur banyak pengalaman dan insting gol. Kalo penguasaan bola masih kurang bagus, sebaiknya menjadi pemain belakang; bertugas untuk mengganggu lawan dan membuang bola.

Pernah dalam suatu pertandingan, aku mencetak gol yg sangat lucu. Waktu itu kondisi lapangan licin karena hujan. Dlm suatu serangan, melalui sayap kanan aku membawa bola, sekilas aku lihat Budi kosong di depan gawang tanpa kawalan, masih pada posisi 'on side'. Dengan sangat yakin aku berniat umpan ke Budi, dan aku juga sangat yakin bahwa Budi akan dg mudah menyundul bola utk mencetak gol.

Ternyata kejadian nya lain, bola yg aku umpan dg yakin, mungkin krn licin, atau kakiku yg 'pengkor', bola langsung mengarah ke mulut gawang tiang jauh. Kiper lawan kaget dan terjadilah gol; gol yg tdk aku sengaja.

He..he.. kalo aku sengaja, biasanya malah gak terjadi gol.

BERMAIN BOLA BERSAMA ALAM SARI

Setelah kelas 1 SMA N 1 Kebumen, karena ajakan Kang Puji, aku mulai berlatih di AlSa (depan rumahnya Pak Giyo).

Awal2 gabung, aku merasakan, walaupun aku biasa tampil dominan di PS Muncul, aku masih sulit beradaptasi dg tmn2 AlSa. Mereka lebih terlatih & profesional (sekelas di kampung kita sih he..he..).

Pakel memang kecil, tapi lincah sebagai seorang penyerang. Aku ketinggalan dibanding mereka2 yg sudah routine latihan.

Untuk menghentikan bola saja aku sering gagal, tdk lengket. Kang Puji mengajariku untuk memantulkan/ mengarahkan ke tanah. Ini lebih baik dari pada bola memantul ke depan yg lbh mudah di rebut lawan.

Pelan2 aku mulai menyesuaikan diri di AlSa.

Setelah ikut berlatih di AlSa, aku mulai mengikuti pertandingan2 yg diikuti AlSa. Sebagai klub bola yg lumayan disegani di kebumen selatan, AlSa banyak mendapat undangan dari daerah sekitar (selalu dikasih transport lo, jadi gak keluar biaya kalo bertanding yg agak jauh). Aku beruntung bisa bergabung dengan AlSa.

AlSa dibangun dlm suasana kekeluargaan. Maklum saja, selain karena memang mayoritas pemain berasal dari satu desa, yaitu desa Klegen wonosari, juga mayoritas masih saudara dekat. Aku diajak Kang Puji pun tidak terlepas dari nuansa nepotisme kekeluargaan (menurutku sih nepotisme yg baik he..he..). Tidak sepenuhnya salah memang, bahwa faktor kedekatan & bakat yg menurun dlm sebuah keluarga adalah tdk bisa diabaikan.

Pemain AlSa dari keluarga Pak Medi adalah Mamo, Dodo, Puji, Budi, Hadi. Dari keluargaku (Denan is my beloved father) adalah aku dan adikku Agus. Dari keluarga Pak Haji adlh Ari dan Hendro. Dari keluarga Pak Jamingun adalah Tio dan Rono. Dari keluarga Pak Rio adalah Dodo dan Suhar. Yg lain seperti Mono, Barso, Mantri, dll; juga masih saudara kami.

Kang Puji adalah kapten merangkap leader 'de facto'. Karena factor nepotisme kekeluargaan ini, aku diuntungkan. Kadang aku malu juga. Waktu tahun2 awal aku gabung, secara kualitas permainan, sebenarnya aku belum layak untuk menjadi pemain inti. Tapi Kang Puji selalu menjadikan aku pemain inti (melatih kali ya??? or menjaga perasaan saja???).

Rono yg menurutku bermain lebih baik dari aku, sering ditarik keluar, digantikan oleh pemain lain. Sementara aku main sampai akhir pertandingan.

Sama seperti dugaanku, kecemburuan orang akhirnya muncul. Suatu hari, kakakku cerita, temannya bilang bahwa karena factor saudara, aku selalu main di AlSa. (aku ngakuin juga sih he..he..). Kritikan ini akhirnya 'me-motivasi-ku, dan aku menjawab dengan 'prestasi', walau tidak instant tentunya.

Setelah bergabung dg AlSa, tidak terhitung turnamen kampung yg kami juarai, baik juara 1, 2 maupun 3. Beberapa turnamen yg tidak bisa kulupakan adalah sbb:

Road to PERSAK competition
AlSa memulai debut di Persak dengan mengikuti pertandingan divisi II kompetisi Persak (Persatuan Sepakbola Kebumen). Ini sekitar thn 1989, saat aku kelas 2 SMA.

Menggunakan system 1/2 kompetisi, di alun2 kebumen (depan kantor bupati, waktu itu stadion Candradimuka belum ada), kami menyelesaikan kompetisi dengan menempati urutan atas (ranking tepatnya lupa). Bersama Tendean, Indonesia Muda, AlSa berhasil naik ke divisi I Persak.

Kompetisi pertama tsb merupakan kompetisi yg paling melelahkan. Sampai2 aku/kami bosan bermain bola. Pesertanya banyak klub; dalam satu hari terdapat 2 pertandingan.

Dari sini, setelah mengikuti kompetisi divisi I di thn 1990, AlSa berhasil masuk di divisi utama Persak, kompetisi di kelas paling bergengsi di kabupaten Kebumen.

Anggota divisi utama yg lain waktu itu diantaranya Perseka Karanganyar, PS IM Kebumen, PS Tendean Kebumen, Karang Sambung, Fajar Muda Petanahan & Putra Rimba Gombong.

AlSa juara 2 piala Djarum usia 23 thn
Waktu itu aku masih kelas 1 atau 2 SMA. Turnamen piala Djarum dibatasi usia, maksimal usia 23 tahun. Juara 1 piala Djarum adalah 'Putra Rimba'. Putra Rimba adalah kesebelasan binaan Perhutani Gombong; terdiri dari pemain2 pilihan dari berbagai daerah. Di samping dari pemain2 terbaik di daerah kab kebumen, ada juga yg berasal dari luar kab kebumen. Sejak era itulah AlSa dan Putra Rimba saling bersaing, menjadi 'musuh bebuyutan'.

Juara 1 Kompetisi Divisi Utama Persak Kebumen
Inilah saat2 prestasi puncak AlSa. Dalam keadaan memiliki pemain2 terbaik dan berada pada usia emas, AlSa berhasil menggeser posisi Putra Rimba, untuk merebut piala bupati kebumen, lambang supremasi tertinggi kejuaraan sepak bola di kabupaten kebumen.

Masih teringat ketika bertemu putra rimba (yang kala itu kebetulan kekuatannya sedang melemah), di babak pertama AlSa sudah unggul 2-0. Begitu banyak peluang Puji dan Budi, dibuang percuma, walaupun hanya tinggal berhadapan dg keeper Putra Rimba (Sugeng). Peluang yang tidak dg serius dijadikan gol, menurunkan mental pemain2 lainnya terutama para pemain balakang. Dropnya mental ini akhirnya dimanfaatkan oleh Ilut dkk, scor akhir menjadi draw 2-2.

Pertandingan terakhir dimainkan AlSa melawan tim 'ayam sayur' Karang Sambung. Untuk meraih juara 1 AlSa harus menang dengan selisih gol 6. Kalo hanya menang 5-0, posisi AlSa dan Putra Rimba sama2. Sejak peluit awal berbunyi, semua pemain AlSa tampil penuh semangat dan menyerang. Akhirnya tercapailah score akhir 6-0, dan AlSa menjadi juara 1. Di sini aku alhamdulillah ikut menyumbangkan 1 gol.

Sejak menjuarai divisi utama, AlSa berada pada posisi puncak. Banyak turnamen (kelas kampung he..he..) yg bisa dijuarai oleh AlSa.

Anggota tim saat AlSa berada pada posisi puncak ini adalah:
Kiper - Dodo Uthu, Mantri.
Libero - Heri Karanganyar.
Back - Hadi, Hendro Gaceng, Suyit.
Stopper - Suyit.
Gelandang bertahan - Dwi Bawor, Edi Karanganyar, Ari Subagyo.
Gelandang Serang - Puji, Mono, Agus Gudel.
Penyerang - Budi, Rono, Pakel.
Wing - Anclo, Legog Suhar.
Dan lain2.

ALAM SARI TEMPO DULU (Era 1980 - 1985an)

Alsa berdiri saat aku masih kecil. Usia awal2 SD mungkin, kls 1 or 2.

Menurut tradisi, memang desa Klegen wonosari dan Jeruk Agung selalu mempunyai bakat2 natural dan tim bola 'tangguh' untuk kelas kecamatan klirong. Banyak bakat muncul dari ke-2 desa itu.

Aku ingat, kalo ada acara 17 Agustusan, waktu aku kecil, selalu diadakan pertandingan bola nyeker (tanpa sepatu). Tradisi partai final selalu mempertemukan kesebelasan Kg Wonosari dg Jeruk Agung.

Generasi dulu, pemain Jeruk Agung diantaranya Pak Puji BRI, Jamingun Pegawai Pengadilan, Gajun si Lurah, dll.

Seingatku pemain2 dari Wonosari (cikal bakal Alam Sari) tempo dulu adalah:

Kang Mamo adalah penyerang yg cukup produktif.

Kang Dodo Melan juga penyerang yg cukup produktif. Kelebihannya adalah pandangannya lumayan luas, ruangnya bagus, tenang menguasai bola. Punya cirikhas bola plintir atau bola 'njambak' (he..he..), bola mlintir, yg kalo disundul, penyundul akan merasakan rambutnya pedes spt dijambak. Suka menggocek/nggoreng bola meliuk-liuk.

Kang Masirun adalah back 'sikat langsung'. Dia dengan sangat khas sambil "ngruwel" badan nya setelah menyapu bola. Dia akan sapu jauh2 bola yg membahayakan daerahnya. Baginya, dg bisa membuang bola jauh2 dan tinggi2 adalah merupakan kepuasan tersendiri. Berani mengambil keputusan adalah bagian dari dirinya; itulah salah satu alasan posisi 'kapten' sering disandangnya.

Lik Nowo selalu menempati sayap gantung (posisi pola lama). Dengan gaya cueknya, dia suka 'ngunyah rumput' waktu bermain, untuk menunggu umpan.

Kang Dasmin sebenarnya pemain generasi lebih senior. Dia seorang pemain tengah yg tenang dan rapi, terlihat kurang begitu ngotot.

Kang Nano dan Kang Puji adalah 2 bersaudara, sama2 menempati back kanan dan kiri. Keduanya, terutama Kang Puji, adalah defender yg cool.

Kang Puji (Santoso) sudah mengikuti tim senior ketika dia masih sangat muda. Kelas 1 SMA (1986/1987), dia sdh menjadi bintang lapangan. Sangat berbakat. Larinya tidak terlalu istimewa, tapi dia punya kecepatan dalam berbalik, naluri bolanya 'was the best' di era nya. Akselerasinya sangat tinggi. Control bolanya 'perfect'.

Selain Kang Puji yg menuju usia emas, generasi berikutnya Alsa (1985-1988) terdiri dari:

Pak Kunarto 'Kaplen' selalu berada di posisi back. Tendangannya keras. Bakatnya yg tdk terlalu kuat dia tutupi dg ngotot & giatnya berlatih.

Mbogo si Maradona terlalu banyak "nggoreng" bola. Dia pemain tengah. Kemampuan bertahannya sama baik nya kemampuan menyerangnya. Mainnya agak rumit, jauh dari kesan simple. Dia bermain bola, 100% dari naluri bakatnya, tanpa sentuhan teori sepakbola .

Kang Yudine Mbah Kanap seorang 'back'. Mainnya lugas.

Generasi awal Alsa belum mengenal sepak bola modern. Mereka bermain masih mengandalkan bakat2 alam. Teori2 maupun siaran sepakbola lewat TV untuk belajar, masih sangat terbatas.

(he..he.., dilarang tersinggung ya..)